Masjid Agung Banten



Masjid Agung Banten - Jika kita mendengar kata Banten pasti yang terpikir oleh kita adalah sebuah provinsi yang ada di ujung pulau Jawa. Banten adalah suatu kawasan yang menyimpan banyak sekali sejarah yang menjadikan Banten sebagai salah satu destinasi pariwisata dan belajar akan sejarah masa lampau. Banyak sekali peristiwa atau kejadian pernah terjadi di Banten salah satunya akan Kesultanan Bantennya.
Kesultanan Banten adalah salah satu kesultanan Islam yang ada di Pulau jawa. Kesultanan ini pertama berdiri pada tahun 1527 M dan didirikan Oleh Sultan Maulana Hasanudin putera Sunan Gunung Jati. Banyak sekali peninggalan-peninggalan bersejarah bekas peninggalan kesultanan Banten yang masih kita bisa jumpai sampai saat ini. Salah satunya yang paling terkenal adalah Mesjid Agung Banten. Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan pertama Banten  yaitu Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, tepatnya di desa Banten, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang.
 
Masjid Agung Banten


Masjid ini dirancang oleh tiga arsitek dengan latar belakang berbeda. Pertama adalah Raden Sepat, arsitek dari Majapahit yang juga merancang Masjid sudah berpengalaman menangani pembangunan masjid, seperti Demak dan Cirebon. Arsitek ke dua adalah Tjek Ban Tjut. Arsitek asal China ini memberikan ciri khas pada bagian atap bangunan utama yang bertumpuk lima. Bantuk ini mirip dengan pagoda China. Karena jasanya dalam membangun masjid itu Cek Ban Tjut memperoleh gelar Pangeran Adiguna. Arsitek ke tiga adalah Hendick Lucasz Cardeel. Mualaf Belanda ini berperan membangun paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti masjid. Paviliun dua lantai yang dinamakan Tiyamah ini berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno. Dulu, paviliun ini digunakan untuk menggelar rapat dan kajian Islam. Namun sekarang digunakan untuk menyimpan barang-barang pusaka.
Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Semua berita Belanda tentang Banten hampir selalu menyebutkan menara tersebut, membuktikan menara itu selalu menarik perhatian pengunjung Kota Banten masa lampau. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km.
Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. makam Sultan Maulana Hasanuddin dengan permaisurinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Kahhar (Sultan Haji). Sementara di serambi kanan, terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Abdul Fattah, Pangeran Aria, Sultan Mukhyi, Sultan Abdul Mufakhir, Sultan Zainul Arifin, Sultan Zainul Asikin, Sultan Syarifuddin, Ratu Salamah, Ratu Latifah, dan Ratu Masmudah.

Mesjid ini juga masih banyak didatangi oleh para peziarah sampai sekarang. Tidak hanya berziarah, mereka pun ingin melihat peninggalan-peninggalan bekas kemegahan Kesultanan Banten dimasa lampau yang menjadikan Mesjid Agung Banten menjadi salah satu Mesjid yang paling bersejarah di Indonesia.
Previous
Next Post »