Masjid Sultan Suriansyah Bajarmasin



Masjid Sultan Suriansyah Bajarmasin - Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin adalah sebuah masjid bersejarah di Kota Banjarmasin yang merupakan masjid tertua di Kalimantan selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah, Raja Banjar pertama yang memeluk agama islam. Menurut cerita beliau di islamkan oleh seorang penghulu dari demak dan seseorang dari arab. Masjid Kuin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di Kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaludin (Mufti Banjarmasin), masjid lainnya adalah masjid Besar (cikal bakal Masjid Jami Banjarmasin) dan masjid Basirih.

Masjid Sultan Suriansyah terletak dikelurahan Kuin Utara, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali. Masjid ini letakna berdekatan dengan komplek Makam Sultan Suriansyah dan ditepi kiri sungai Kuin. Masjid yang didirikan di tepi sungai Kuin ini memiliki bentuk arsitektur tradisional Banjar, dengan kontruksi panggung dan beratap tumpang.
Pola ruang pada Masjid Sultan Suriansyah merupakan pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Arsitektur mesjid Agung Demak sendiri dipengaruhi oleh arsitektur Jawa Kuno pada masa kerajaan Hindu. Identifikasi pengaruh arsitektur tersebut tampil pada tiga aspek pokok dari arsitektur Jawa Hindu yang dipenuhi oleh masjid tersebut.
Tiga aspek tersebut : atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang guru yang melingkupi ruang cella. Meru merupakan ciri khas atap bangunan suci di Jawa dan Bali. Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil ke atas merupakan lambang vertikalitas dan orientasi kekuasaan ke atas. Bangunan yang dianggap paling suci dan dan penting memiliki tingkat atap paling banyak dan paling tinggi. Ciri atap meru tampak pada Masjid Sultan Suriansyah yang memiliki atap bertingkat sebagai bangunan terpenting di daerah tersebut.
Bentuk atap yang besar dan dominan, memberikan kesan ruang dibawahnya merupakan ruang suci (keramat) yang biasa disebut cella. Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella (ruang keramat). Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.
Dominasi warna hijau dan berbagai ukiran tradisional menghiasi bangunan hingga tampil artistik. Ada hal yang cukup menonjol, yaitu penggunan geometri Islami dalam bentuk ‘Islamic Pattern’ berupa ‘taprat’. Tampilan khas dari ‘taprat’ yang banyak digunakan sebagai simbol pada berbagai benda Islami di seluruh dunia adalah dua buah segi empat yang bertumpang tindih ter-rotasi sebesar 45 derajat. Bentuk geometri ini selalu diulang-ulang baik sebagai pembatas (border), karawang dinding, pintu atau jendela, pola lantai, pola plafond dan lain-lain. Hal-hal semacam itu teraktualisasi secara integral dalam tampilan arsitektur Masjid Sultan Suriansyah Banjarmasin.
Dengan adanya Masjid Sultan Suriansyah ini membuktikan bahwa banyaknya Masjid Bersejarah yang ada di Indonesia. Masjid-masjid ini menjadi saksi bisu tentang adanya suatu peristiwa penting yang pernah terjadi di masa lalu.
Previous
Next Post »