Suku Terasing Di Indonesia



Suku Terasing Di Indonesia - Mungkin selama ini yang kita ketahui tentang Suku Terasing di Indonesia hanya Suku Anak Dalam di Sumatera, suku Baduy di Banten, dan Suku Dayak di Kalimantan. Namun kita salah, ternyata masih ada suku lain di Indonesia yang masih mempertahankan kebudayaan nenek moyang mereka serta lebih memilih hidup di pedalaman hutan ketimbang hidup di kota-kota besar seperti sekarang ini. 
 Dengan banyaknya suku bangsa yang mencapai 1.340 suku, tak heran jika masih banyak sekali suku-suku diIndonesia ini yang terpencil atau terasingkan, salah satunya yaitu Suku Polahi (Gorontalo), Suku Korowai (Papua), Suku Sakai (Sumatera), dan masih banyak lagi. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari suku-suku tersebut.
1. Suku Polahi – Gorontalo 
            Suku Polahi adalah salah satu suku di Indonesia yang berada di pedalaman hutan Gorontalo. Dari berbagai sumber mengatakan jika konon Suku Polahi adalah masyarakat yang melarikan diri ke hutan karena mereka takut dan tidak mau dijajah oleh Belanda pada zaman dulu. Jumlah Suku Polahi sekarang ini sekitar 500 orang yang tersebar di Kecamatan Paguyaman dan Kecamatan Suwawa Provinsi Gorontalo.
Karena terpencil, tidak banyak Informasi tentang Suku Polahi ini. Bahasa yang digunakan yaitu dialek Gorontalo, agama yang dianut pun adalah agama tradisional. Mereka hidup dari bercocok tanam seadanya dan berburu babi hutan, rusa dan hewan lainnya. Suku ini hanya menggunakan daun palma dan kulit kayu sebagai pakaian untuk dipakai, itu pun hanya sebagai penutup syahwatnya saja. Mereka tidur hanya beralaskan dedaunan dan beratapkan daun kering hasil dari hutan.
2. Suku Korowai - Papua
 Suku korowai adalah salah satu suku terpencil dan terasing di Indonesia yang sangat unik. Mengapa demikian, pasalnya suku yang berada di Pedalaman Hutan Papua ini memiliki rumah yang berada di ketinggian hingga 50 sampai 100 meter dari permukaan bumi. Suku ini benar-benar sangat terasing, hal ini terlihat dari belum mengenalnya pakaian. Suku Korowai sama sekali tidak mengenakan apa-apa bahkan Koteka seperti yang di pakai oleh suku-suku di Papua lainnya.
Dalam berinteraksi, suku Korowai menggunakan bahasa dari keluarga Awyu-Dumut (Papua Tenggara) dan merupakan bagian dari Filum Trans Nugini. Dalam tradisi masyarakat Suku Korokai, Babi adalah satu-satunya hewan yang berperan penting. Hal ini karena Suku Korowai menjadikan babi sebagai penyelesaian sengketa antar keluarga, juga sebagai hewan yang dikorbankan ketika upacara kepada para dewa. Makanan favorit suku Korowai adalah makanan yang terbuat dari sagu yang di santap dengan Kumbang Capricorn.
3. Suku Kajang – Sulawesi Selatan
            Di pulau Sulawesi, tidak hanya Suku Polahi di Gorontalo suku yang masih terasing hingga saat ini. Ternyata masih ada suku lain yang masih tinggal di Hutan dan masih mempertahankan kebudayaan nenek moyang mereka, suku tersebut adalah Suku Kajang. Suku kajang tinggal di Pedalaham Hutan di Kabupaten Bukukumba, Sulawesi Selatan. Daerah ini dinamakan Tana Toa yang berarti Tanah yang tertua, hal tersebut dikarenakan menurut kepercayaan masyarakatnya yang meyakini daerah tersebut adalah daerah yang tertua dan pertama kali diciptakan oleh tuhan untuk mereka dan dianggap sebagai tanah warisan leluhur.
Ciri khas Suku Kajang yaitu dengan pakianannya yang serba hitam. Menurut mereka, pakaian hitam memiliki makna kesederhanan, kebersahajaan, kesetaraan, dan untuk mengingatkan mayarakatnya pada kematian. Suku ini menggunakan bahasa kunjo sebagai bahasa sehari-hari. Suku ini juga memiliki banyak peraturan-peratuaran dalam bermasyarakat, baca selengkapnya di sini.
4. Suku Sakai – Riau
            Suku Sakai adalah masyarakat keturunan Minangkabau yang hidup di pedalaman hutan Riau. Suku ini dapat di katakan terasing karena kebiasaannya yang sering hidup berpindah-pindah menyelusuri hutan-hutan di Provinsi Riau, dan karena sering berpindah-pindah tersebut, jumlah pasti masyarakat Suku Sakai tidak diketahui.
Suku Sukai mempunyai ciri fisik seperti rambut keriting berombak, kulit coklat kehitaman, tinggi badan sekitar 155 cm untuk laki-laki dan 145 untuk perempuan. Bahasa yang digunakan untuk berinteraksi dengan sesama masyarakat suku Sakai menggunakan bahasa Sakai.
5. Suku Togutil – Halmahera, Maluku Utara
 Suku Togutil atau suku Tobelo Dalam adalah salah satu suku terasing yang hidup di pedalaman hutan yang termasuk kedalam Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Suku Togulit merupakan masyarakat yang berkelompok, biasanya kelompoknya sekitar 42 rumah tangga. Kehidupan mereka sangat tergantung pada keberadaan hutan asli. Mereka bermukim di sekitar pinggiran sungai dengan rumah yang terbuat dari kayu atau bambu yang beratapkan daun palem dan berlantai biasanya papan panggung. Satu rumah biasanya dihuni dua sampai tiga keluarga.
Konon Suku Togutil sebenarnya adalah masyarakat pesisir yang lari kehutan karena menghindari dari pajak pada zaman penjajahan Belanda. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa Tobelo, bahasa yang biasa juga digunakan oleh penduduk pesisir atau orang Tobelo. Kata Togutil sendiri memiliki arti Suku yang hidup di Hutan.
6. Suku Bauzi atau Suku Baudi
Suku bauzi adalah salah satu dari 14 suku terasing yang ada di Papua. Suku yang berasal dari perbukitan Van Rees Mamberamo ini memiliki jumlah masyarakatnya sekitar hanya seribaun jiwa. Dalam hal  berpakaian, lelaki Suku Bauzi hanya mengenakan Cawat, cawat ini berupa daun atau kulit pohon yang sudah dikeringkan lalu diikatkan dengan tali pada ujung alat kelamin. Sedangkan untuk para wanitanya memakai selembar saun atau kulit kayu yang diikat dengan tali di pinggang hanya untuk menutupi auratnya saja, tidak untuk mengenakan penutup dada.  
Sama halnya dengan suku terpencil lainnya, suku Bauzi juga hidup dengan berpindah-pindah tempat menyesuaikan dengan tempat kebutuhan makanan dan kenyamanan wilayahnya. Mereka tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari kayu beratapkan daun Rumbia (daun sagu) atau kulit pohon. Suku Bauzi mencari makan dengan cara berburu hewan di hutan seperti Babi, Kasuari, kus-kus dan burung. Mereka juga menjadikan sagu sebagai makanan pokoknya, dan jarang memakan sayur-sayuran.
7. Suku Mentawai – Kepulauan Mentawai
Jika suku-suku sebelumnya terpencil karena tinggal di pedalaman hutan, tidak halnya dengan Suku Mentawai terpencil karena berada di kepulauan di tengah laut bagian pulau sumatera. Suku mentawai mendiami dipulau-pulau besar di Kepulauan Mentawai seperti Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pagai bagian selatan. Mata pencarian utama Suku Mentawai yaitu meramu sagu dan berburu. Dalam hal yang dipakai,untuk laki-laki suku mentawai memakai Kambi (Cawat dari kulit kayu) dan wanitanya memakai semacam rok yang terbuat dari anyaman serat pohon pisang.
Suku Mentawai hidup berkelompok pada pemukiman yang disebut dengan mana uma, uma biasanya berupa rumah tradisional yang cukup besar dan bisa di huni oleh beberagpa keluarga. Bahasa yang digunakan yaitu dialek Simalegi, Sekudai,Sikalagan, Slabu dan lainnya. Demua dialek tersebut merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia.
8. Suku Kubu – Jambi
Untuk suku terpencil yang satu ini mungkin sebagian orang sudah banyak yang mengenalnya, Suku kubu atau Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah suku yang hidup di pedalaman hutan Jambi dan Sumatera Selatan, namun mayoritas berada di Provinsi Jambi yang diperkiralan berjumlah sekitar 2000 jiwa. Menurut cerita yang beredar Suku Anak Dalam merupakan orang Maalau Sesat yang melarikan diri ke hutan sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Dua Belas.
Sama halnya dengan suku terpencil lainnya, suku Anak Dalam pun hidup secara berpindah-pindah atau secara nomaden. Mereka tinggal di sebuah gubug yang terbuat dari kayu atau bambu tidak berdinding dan beratapkan dedaunan serta beralaskan kayu-kayu layaknya rumah panggung. Sistem kepercayaan suku ini masih sangat kuno, disebutkan jika Suku Anak Dalam masih menyembah dewa atau roh sebagai leluhurnya.
9. Suku Baduy – Banten
Sama halnya dengan suku anak dalam di Jambi, Suku Baduy pun adalah suku terpencil di Indonesia yang sudah banyak orang mengenalnya. Berbeda dengan suku terpencil lainnya yang sudah kita bahas tadi, Suku yang berada di wilayah Kabupaen Lebak Banten ini sudah lebih berkembang. Hal ini dapat di lihat dari tempat tinggal yang mereka tempati sudah berupa rumah tradisional, dan pakaian yang mereka kenakan sudah lengkap menutup aurat.
Namun demikian, suku baduy masih enggan berbaur dengan modernisasinya zaman dari luar dan lebih memilih mengasingkan diri untuk memegang teguh kepercayaan dan adat istiadat dari para leluhur mereka. Masyarakat Suku Baduy masih memanfaatkan segala sesuatu dari hutan dan alam. Untuk memenuhi kebutuhan sandangnya, suku Baduy memperolehnya dengan cara bercocok tanam.
Dan itulah Suku Terpencil yang ada di Indonesia. Suku-suku tersebut adalah sebagian kecil dari banyaknya suku yang mendiami pulau-pulau dari seluruh Indonesia. Semoga artikel tentang Suku terpencil ini bisa memberi pengetahuan dan mengingatkan kita tantang suku bangsa di negeri sendiri, khususnya suku yang masih jauh dari modernisasi zaman seperti sekarang ini.
Previous
Next Post »