Asal Usul Nama kota Banyuwangi - Mendengar nama Banyuwangi, pasti yang
terlintas oleh pikiran kita adalah sosok Danang, pemenang juara ke 2 pancarian bakat lagu-lagu Dangdut di salah satu stasiun televisi swasta terkenal di Indonesia.
Dengan hadirnya beliau di ajang tersebut, tidak hanya namanya yang melambung tinggi, namun juga mengangkat kota asalnya menjadi
semakin dikenali keseluruh negri.
Namun dibalik itu semua, ternyata nama
Banguwangi sendiri sudah menjadi buah bibir bagi seluruh rakyat indonesia,
khususnya rakyat Jawa Timur. Buah bibir tersebut mengenai Asal Usul di balik
nama Kabupaten yang paling ujung sebelah timur pulau jawa ini. Bagaimana cerita
selengkapnya?? Dan berikut adalah cerita Asal Usul Nama Banguwangi.
*****
Kisah diawali dengan menceritakan
tentang seorang ksatria yang tampan dan gagah perkasa, bernama Raden Sidopekso
yang merupakan keturunan keluarga Pandawa. Ia mengabdi kepada seorang Raja yang
bekuasa di Negeri Sindurejo bernama Raja Sulakromo. Suatu saat Sidopekso diutus
oleh sang raja untuk mencari obat kepada kakeknya Bhagawan Tamba Petra yang
bertapa di pegunungan. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat ayu
bernama Sri Tanjung. Sri Tanjung bukanlah gadis biasa, karena ibunya adalah
sorang bidadari yang turun ke bumi dan diperistri seorang manusia. Karena itu
lah Sri Tajung meiliki paras yang luar biasa cantik jelita. Raden Sidopekso
jatuh hati dan menjalin cinta dengan Sri Tanjung yang kemudian dinikahinya.
Setelah menjadi istrinya, Sri Tanjung
diboyong ke Kerajaan Sindurejo. Diam-diam Raja Sulakromo terpesona dan
tergila-gila akan kecantikan Sri Tanjung. Sang Raja menyimpan hastar untuk
merebut Sri Tanjung dari tangan Sidopekso, sehingga ia mencari siasat agar
dapat memisahkan Sri Tanjung dari suaminya tersebut.
Lantas
Sidopekso diutus oleh Raja Sulakromo pergi ke Swargaloka dengan membawa surat
yang isinya kalau pembawa surat ini akan menyerang Swargaloka. Namun, atas
bantian Sri Tanjung yang menerima warisan selendang ajaib peninggalan ibunya
dari ayahnya, Raden Sudamala, Sidopekso dapat terbang ke Swargaloka. Setibaknya
disana, Sidopekso yang tidak mengetahui apa isi surat tersebut menyerahkan
kepada para dewa. Akibatnya dia dihajar dan dipukuli oleh para dewa. Namun pada
akhirnya, dengan menyebutkan leluhurnya adalah Pandawa, maka jelaslah
kesalahpahaman itu. Raden Sidopekso kemudian dibebaskan dan diberi berkah oleh
para dewa.
Sementara
itu dibumi, sepeninggal Sidopekso, Sri Tanjung digoda oleh Raja Sulakromo. Sri
Tanjung menolak, namun Sulakromo tetap memaksa, memeluk Sri Tanjung, dan hendak
memperkosanya. Mendadak datanglah Sidopekso yang menyaksikan istrinya
berpelukan dengan sang Raja. Raja Sulakromo yang jahat dan licik, malah balik
memfitnah Sri Tanjung dengan menuduhnya sebagai wanita sundal penggoda yang
menganjaknya untuk berbuat zina. Sidopekso termakan hasutan sang Raja dan
mengira istrinya selah berselingkuh, sehingga ia terbakar amarah dan
kecemburuan. Sri Tanjung memohon kepada suaminya agar percaya bahwa ia tidak
berdosa dan selalu setia. Akhirnya dengan garang Sidopekso yang sudah gelap
mata menikam Sri Tanjung dengan keris hingga tewas. Dan membuang jasad istrinya
tersebut ke sungai. Namun keajaiban pun terjadi, sungai yang tadinya keruh
berubah menjadi jernih seperti kaca dan menyebarkan wangi harum semerbak. Tanpa
sengaja Sidopekso mengucap wangi...wangi... banyu.. bangi... Dan nama tersebut
menjadi anama daerah tersebut yang kita kenal sekarang dengan Banyuwangi. Nama
Banyuwangi tersendiri berasal dari kata Banyu dan Wangi. Banyu yang artinya
Air, sedangkan Wangi berarti harum.
EmoticonEmoticon