Tradisi Masyarakat Aceh - Peusijuk



Tradisi Masyarakat Aceh - Peusijuk - Masyarakat Aceh khususnya suku Aceh merupakan suku bangsa di Indonesia yang pertama kali memeluk agama islam. Dengan identitas tersebut, pastinya banyak sekali tradisi-tradisi yang benuansa islami zaman dulu di Aceh masih dipertahankan dan terus diletarikan hingga sekarang. Salah satu tradisi masyarakat aceh yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah Tradisi Peusijuk.

Peusijuk adalah prosesi adat yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan masyarakat aceh. Dalam bahasa aceh, Peusijuk terdiri dari dua kata, yaitu kata Peu dan Sijeuk. Kata Peu disini bermakna sebagai awalan untuk kata Sijeuk, dan Sijeuk sendiri berarti dingin. Jadi jika digabungkan dengan awalan kata Peu menjadi arti pendingin atau membuat sesuatu menjadi dingin. Tujuan Peusijuk sebenarnya adalah untuk memberkati sesuatu, termasuk didalamnya mendoakan orang yang akan di Peusijuk.
Menurut beberapa pakar sejarah Aceh, sebenarnya tradisi Peusijuk merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Hindu. Namun dari sebagaian kebiasaan atau adat masyarakat Aceh, menurut para ulama pada zaman awal islam di Aceh menganggap tradisi Peusijuk tidak bertentangan dengan islam, namun ada beberapa yang diganti sehingga masih dilestarikan dan diperbolehkan hingga sekarang.
Dalam masyarakat aceh, tradisi Peusijuk ini dapat dilakukan pada kenduri perkawinan, kenduri sunatan, pada saat seseorang yang hendak berangkat haji, Peusijuk kurban, dan berbagai upacara lainnya. Ternyata, tradisi Peusijuk tidak hanya dilakukan pada saat upacara tertentu saja, ada juga Peusijuk dilakukan setelah terjadinya perdamian antara dua atau beberapa orang yang sebelumnya bertikai, Peusijuk pada perempuan yang baru saja bercerai, Peusijuk pada seseorang yang baru memperoleh keberuntungan seperti lulus dari perguruan tinggi, diterima pekerjaan disuatu tempat yang di inginkan, memperoleh kedudukan/jabatan, serta Peusijuk yang dilakukan bagi seseorang yang mendapatkan sesuatu yang baru, seperti rumah baru, atau kendaraan baru. Tujuan Peusijuk benda adalah agar benda baru tersebut berkah selama digunakan oleh pemiliknya.
Biasanya, tradisi Peusijuk dilakukan oleh orang yang sudah tua atau dipandang memiliki kelebihan dalam masyarakat, seperti seorang Teungku (ustadz) atau Umi Chik (ustadzah atau wanita yang menguasai ilmu agama). Orang yang melakukan Peusijuk tersebut biasanya yang memahami tujuan dan doa-doa yang dibacakan pada Peusijeuk. Ada beberapa unsur penting dari tradisi Peusijuk ini. Pertama, bahan yang digunakan dari dedaunan (biasanya daun Cocor bebek), rererumputan (rumput Manek mano dan naleungsambo), padi, tepung, air, dan nasi ketan. Semua bahan tersebut mengandung arti masing-masing, seperi dedaunan dan rerumputan mengandung arti keharmonisan, keindahan, dan kerukunan, semua dedaunan dan rerumputan tersebut diikat sebagai lambang kekuatan. Padi mengandung arti sebagai kesuburan dan kemakmuran, air dan tepung mengandung arti kesabaran dan ketenangan, dan nasi ketan sebagai pelekat mengandung arti persaudaraan.

Kedua, gerakan yang dilakukan pada saat di Peusijuk. Untuk menghilangkan gerakan dalam agama Hindu, gerakannya hanya mengikuti arah memercikan air dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri sesekali disilang. Ketiga, doa yang dibacakan menurut acara Peusijuk. Karena berasal dari peninggalan Hindu, jika dulu Peusijuk menggunakan jampi-jampi atau mantra, maka sekarang digantikan dengan bacaan doa dalam bahasa arab sesuai dengan momen dari Peusijuk tersebut. Dan yang terakhir adalah teumuteuk (pemberian Uang).
Meski ada dari beberapa dari kita baru mendengar tradisi tersebut, tapi bagi masyarakat Aceh Tradisi tersebut menjadi sebuah tradisi rutinitas adat sesuai dengan momen Peusijuknya. Dan inilah warisan budaya dari masyarakat Aceh yang turut memperkaya budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan keberadaannya agar tidak tergerus oleh semakin modernnya zaman.

Tegs : #Tradisi Aceh #Upacara Adat di Aceh #Tradisi Peusijuk #Adat Aceh
Previous
Next Post »