Candi Hindu - Candi Kidal - Tahukah
kalian tentang Kerajaan Singhasari?? Sedikit mengingatkan Kerajaan Singhasari
adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun
1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari,
Malang. Kerajaan Singhasari banyak
meninggalkan bangunan monumental (candi). Salah satu candi yang diwariskan oleh
Kerajaan Singhasari adalah Candi Kidal.
Candi
kidal adalah Candi Hindu (siwa) yang terletak di desa Rejo, Kecamatan Tumpang,
Kabupaten Malang. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa
besar Raja Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang meninggal pada tahun
1248 dan memerintah selama 20 tahun (1227 - 1248).
Nama
kidal sendiri memiliki arti yang mengandung dua pengertian. Pertama, mempunyai
arti Raja Anusapati adalah pengikut Siwa yang lazim dianut oleh masyarakat
Singhasari kala itu. Kedua, bahwa sang Anusanatha adalah anak tiri dari Ken
Arok Sang Amurwabhumi, ia adalah anak Ken Dedea dengan Akuwu Tunggul Ametung.
Namnun sebuah rahasia terungkap kalau nama kidal diduga berasal dari cara
pembacaan relief yang tidak lazim di Candi Kidal. Pada umumnya, pembaca relief
dilakukan dengan cara Pradaksina (menganankan candi/ searah jarum jam), tetapi
di Candi Kidal dilakukan dengan cara Prasawija(mengiringkan Candi/ berlawanan
dengan arah jarum jam). Dalam jawa kuno bermakna kiri. Bangunan
candi seluruhnya terbuat dari batu andesit dan berdimensi geometris vertikal.
Di sekeliling halaman candi terdapat susunan batu yang berfungsi sebagai pagar.
Tubuh candi berdiri diatas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m. Untuk
mencapai selasar di lantai kaki candi dibuat tangga batu tepat di depan pintu.
Yang menarik, anak tangga dibuat tipis-tipis, sehingga dari kejauhan tampak
seperti bukan tangga masuk yang sesungguhnya. Tangga batu ini tidak dilengkapi
pipi tangga berbentuk ukel, sebagaimana yang banyak dijumpai di candi lainnya,
namun di kiri-kanan anak tangga pertama terdapat badug (tembok rendah)
berbentuk siku yang menutup sisi samping dan sebagian sisi depan kaki tangga.
Badug semacam ini tidak terdapat di candi lain.
Pintu candi
menghadap ke barat, dilengkapi dengan bilik dengan hiasan kalamakara (kepala
Kala) di atas ambangnya. Hiasan kepala kala yang nampak menyeramkan dengan
matanya melotot penuh, mulut terbuka serta 2 taring besar dan bengkok, memberi
kesan dominan. Adanya 2 taring tersebut juga merupakan ciri khas candi Jawa
Timur. Disudut kiri dan kanan terdapat jari tangan dengan mudra (sikap)
mengancam, sehingga sempurnalah kesan seram yang patut dimiliki oleh makhkuk
penjaga bangunan suci candi. Di kiri dan kanan pintu terdapat relung kecil
tempat meletakkan arca yang dilengkapi dengan bentuk 'atap' di atasnya. Di atas
ambang relung-relung ini juga terdapat hiasan kalamakara.
Atap Candi
Kidal berebentuk kotak bersusun tiga, makin ke atas makin mengecil. Puncaknya
tidak runcing, melainkan persegi dengan permukaan yang cukup luas. Puncak atap
tidak dihiasi dengan ratna atau stupa, melainkan hanya datar saja. Sekeliling
tepi masing-masing lapisan dihiasi dengan ukiran bunga dan sulur-suluran. Konon
dulu di setiap sudut lapisan atap candi dipasang sebuah berlian kecil.
Sekeliling kaki candi dihiasi dengan pahatan bermotif medalion yang berjajar
diselingi bingkai bermotif bunga dan sulur-suluran. Di kiri dan kanan pangkal
tangga serta di setiap sudut yang menonjol ke luar terdapat patung binatang
yang terlihat mirip singa dalam posisi duduk seperti manusia dengan satu tangan
terangkat ke atas. Patung-patung ini terlihat seperti sedang menyangga pelipit
atas kaki candi yang menonjol keluar dari selasar.
Tubuh candi
dapat dikatakan ramping, sehingga selasar di kaki candi cukup lebar. Dalam
tubuh candi terdapat ruangan yang tidak terlalu luas. Saat ini ruangan tersebut
dalam keadaan kosong. Dinding candi juga dihiasi dengan pahatan bermotif
medalion. Pada dinding di sisi samping dan belakang terdapat relung tempat
meletakkan arca. Relung-relung tersebut juga dilengkapi dengan bentuk 'atap'
dan hiasan kalamakara di atas ambangnya. Tidak satupun arca yang masih bisa
didapati di Candi Kidal. Konon arca Syiwa yang indah, yang saat ini tersimpan
di museum Leiden, dahulu berasal dari Candi Kidal.
Dalam
kesusastraan Jawa kuno, terdapat mitos yang terkenal di kalangan masrakyat,
yaitu mitos Garudheya, seekor garuda yang berhasil membebaskan ibunya dari
perbudakan dengan tebusan air suci amerta (air kehidupan). Konon relief mitos
Garudheya dibuat untuk memenuhi amanat Anusapati yang ingin meruwat Ken Dedes,
ibunda yang sangat dicintainya. Mitos Garudheya tertuang secara lengkap dalam
relief di seputar kaki candi. Relief pertama menggambarkan seekor garuda
menggendong 3 ekor ular besar, relief kedua melukiskan seekor garuda dengan
kendi diatas kepalanya, dan relief ketiga garuda menggendong seorang wanita.
Diantara ketiga relief tersebut, relief kedua adalah yang paling indah dan
utuh.
Candi Kidal
adalah bukti kejayaan kerajaan Singhasari, sekarang ini bukti kejayaan tersebut
banyak dijadikan tempat pembelajaran buat kita tentang peradaban dimasa lampau
khususnya Kerajaan Singhasari. Maka dari itu kita sebagai generasi muda sangat
wajib dijaga dan dipelihara agar peninggalan Candi Hindu tersebut mampu
bertahan sampai dimasa yang akan datang.
EmoticonEmoticon